THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 16 November 2011

Friendship? Or love?

Sebelumnya, saya beritahu.. gambaran ilustrasi ini saya dapat dari beberapa komik manga, dan tidak bermaksud untuk membajak ^^


__________
Prolog: 


Sachiko adalah gadis berasal jepang yang masih duduk dibangku SMP. Ia tipe gadis yang ceria tapi polos, bahkan ia pun tidak tahu apa itu cinta. Suatu hari, Sachiko menabrak seorang pria populer di Sekolah. Ia merasakan sesuatu yang berbeda dari pria itu, ya dia adalah Mikio. Sempat ia menduga kalau itu cinta, tapi Ibunya melarang Sachiko untuk jatuh cinta diumur yg masih semuda ini. Tapi saat Sachiko menyimpan rasa kepada Mikio, saat itupun Mikio pindah sekolah. Sachiko yang tadinya adalah seorang yang ceria menjadi pemurung. Beranjak SMA, tiba-tiba Sachiko teringat Mikio saat tak sengaja melihat pria yang mirip dengan Mikio. Apakah ia tetap akan mengejar cintanya? ataukah memilih menjadi teman dan melupakan perasaan itu? 








“Hhh.. Hari yang melelahkan!” Keluh seorang gadis yang bernama Sachiko yang berasal dari keluarga Mizuki. Gadis yang masih duduk dibangku SMP ini berbaring dikasurnya dan kemudian tertidur tanpa melepas sepatu dan seragam sekolahnya.

**

 “Waaaaah.. Jam berapa ini?” Terdengar suara grasak-grusuk dari kamar Sachiko. Didalamnya, ia sibuk mencari jam wekernya yang tak ada dimeja, “Biasanya jam itu ada disana..” Pikir Sachiko seraya menunjuk ke arah meja yang berada di samping kasurnya, Loh? Kenapa aku sudah memakai seragam? Atau ibu tahu kalau aku akan terlambat dan ia membantu memakaikanku seragam saat aku masih tertidur? Batinnya sambil melihat dirinya yang terpantul dikaca besar.

“Sachiko!!” Terdengar suara teriakan dari sosok wanita yang berada  dibalik pintu kamar Sachiko.

“Iya, bu! Aku segera keluar!” Sahutnya, “Tapi kan aku belum mandi. Hmm.. Kalau begitu, khusus hari ini aku libur mandi! Daripada aku terlambat!” Pikirnya dalam hati.

Tak lama, Sachiko keluar dari kamar sambil menggandeng tasnya. Ia pun segera pergi ke ruang makan dan melihat Ibunya sedang menyiapkan makanan untuknya, “Enak sekali.. Tapi, apakah aku tidak terlambat kalau aku sarapan dulu?” Gumam Sachiko.

Karna merasa ada suara langkah kaki, wanita separuh baya yang sedang sibuk menyiapkan makanan itu terhenti dan menatap Sachiko heran, “Kamu mau kemana?” Tanya wanita itu alias Ibunya Sachiko.

“Sekolah.” Jawab Sachiko singkat dan tak berekspresi sama sekali.

“Sekolah? Malam-malam?”

“Malam?” Sachiko berlari ke jendela yang berada dekat Ibunya, lalu melihat keadaan diluar, “Astaga.. Ini malam!”

“Ya. Memangnya kamu mengira apa? Hahaha..”

Memalukan..  Ungkap Sachiko dalam hati.

“Kenapa melamun disana? Ayo cepat mandi dan ganti bajumu, lalu kita makan malam.” Perintah Ibu.

**

Keesokkan harinya, “Pagi, Sachiko!” Sapa seorang gadis sebaya dengan Sachiko, ia adalah Futaba Hanako.

“Pagi!” Jawab Sachiko sambil tersenyum lebar.




“Sepertinya kamu sedang bergembira hari ini. Apakah ada kejadian bagus?” Tanya Hanako.

“Iya! Tadi pagi, Ibu memberiku uang saku lebih banyak!” Jawab Sachiko kesenangan.

“Hanya itu? Tidak ada lagi?” Selidik Hanako, Sachiko hanya menggeleng-geleng sambil memasang wajah polosnya, “Ohh, aku hanya mengira kamu sedang jatuh cinta. Hahaha, bodohnya aku.” Lanjut Hanako.

“Jatuh cinta? Apa itu?”

“Hah? Jadi kamu tidak tahu apa itu jatuh cinta?” Mata hanako terbelalak saat mendengar respon dari Sachiko, ia hanya tidak percaya.. dijaman yang modern ini ternyata masih ada orang yang sepolos itu.

“Aku memang tidak tahu." Gerutunya, "Tapi ibu pernah berbicara soal itu kepadaku, dan ia melarangku jatuh cinta untuk saat ini.” Lanjut Sachiko.




“Aku mengerti apa yang dimaksud oleh ibumu, anak seumur kita memang belum pantas untuk itu.”

Kriiiingggg.. “Payah! Sudah bel!” Terdengar suara sosok pria yang duduk dibelakang Sachiko.

“Hahaha.. kamu memang pemalas ya, Ryota!” Kata Sachiko seraya mengacak-ngacak rambut Ryota.”

“Aku hanya sedang malas! Tapi bukan pemalas!” Bantah Ryota dengan memasang wajah cemberut.

Hanako sejak tadi memerhatikan keakraban Ryota dan Sachiko. Wajar saja mereka bisa sangat akrab, Ryota dan Sachiko berteman sejak TK.

“Hanako!” Teriak Ryota dari tempat duduknya, Hanako yang sedang melamunpun kembali tersadar.

“A-apa?” Tanyanya gugup.

“Bolehkah aku meminjam pulpenmu?" Pinta Ryota.


"Hmm.. Pulpenku diambil oleh Sachiko.” Seru Ryota sambil melirik Sachiko, Sachiko hanya melambai-lambaikan tangan dan tersenyum seperti orang tak bersalah.





“Ahh, iya!” Akhirnya Ryota menghampiri meja Hanako untuk meminjam pulpen, "Ini!" 

“Terima kasih.” Kata Ryota sambil melemparkan senyum dan berjalan ke arah mejanya.



“Waahh, manis sekali dia!” Gumam Hanako.

“Apa barusan kau berbicara sesuatu padaku?” Ryota menoleh dan melangkah ke arah Hanako.

Hanako menggeleng cepat, tubuhnya mendadak kaku saat Ryota kembali. Tapi untunglah, ia bisa bernafas lega karna Ryota langsung percaya dan ia kembali ke tempat duduknya.

Ah, aku tidak tahan!  Keluh Sachiko dalam hati dengan wajah gelisah.




“Ada apa denganmu, Sachiko?” Tanya Ryota kebingungan, sebenarnya ia ingin tertawa karna wajah gelisah Sachiko itu lucu!


"Ahh! Kurasa aku akan mengompol.." Gumam Sachiko.




"Sensei, aku ingin izin ke toilet sebentar. A-aku.. sudah tak tahan.." Katamu kepada Sensei yang sedang mengajar.


**
Keterangan: 
Sensei adalah panggilan siswa kepada guru.
**


"Huhh.. Lega.." Sachiko keluar dari toilet dengan perasaan tenang. Ia berjalan ke kelasnya melewati kelas 2.5, karna kelasnya paling ujung di kelas 2.1. Dan tiba-tiba seorang pria tinggi membuka pintu kelas 2.5 sambil berjalan keluar dengan santai. 


BRUKK!! Kaki Sachiko tersandung kaki pria tersebut. Sachiko jatuh dihadapan pria itu, pria itupun tak dapat menangkap Sachiko karna ia sedang membawa tumpukan buku dikedua tangannya.




Pria itu melirik ke Sachiko dan memasang wajah syok.




Apa?! Dia terjatuh? Sejak kapan dia ada disini?! Pikir pria itu.




Sachiko berusaha berdiri dan langsung berlari ke kelasnya karena merasa malu. Ia berlari dengan muka merah dan mata berkaca-kaca. Lutut dan pergelangan kakinya luka tapi ia tetap memaksa berlari.


"Hey, tunggu!" Pria itu ingin menghentikan Sachiko, tetapi ia juga harus mengumpulkan tumpukan buku ini ke ruang guru, "Hhh.. Semoga aku dapat bertemu lagi dengannya dan meminta maaf." Gumam pria tersebut.


"Permisi.." Sachiko memasuki kelas dengan kaki pincang sambil menutupi wajahnya dengan tangan kiri, dan tangan kanan memegangi lutut kanannya.


Hampir seluruh siswa menatap keheranan sekaligus khawatir kepada Sachiko. Sayangnya, Sensei tidak memerhatikan Sachiko, jadi Sensei tidak tahu kalu Sachiko seperti itu.




"Sachiko.. Kamu kenapa?!" Tanya Ryota panik, ia segera membantu Sachiko duduk dibangkunya dan menanyakan keadaannya.


Sachiko hampir menangis karna tidak kuat menahan perih luka itu, karna air mata tak dapat terbendung lagi, Sachiko pun menangis, kali ini Sensei melihat ke arah Sachiko dan menghampirinya.


**


"Jadi begitu.." Hanako mengangguk-ngangguk.


"Seharusnya kau meminta pertanggung jawaban pria itu!" Seru Ryota.


"A-aku malu, Ryu. Tak apalah, sebentar lagi kakiku akan sembuh.." Gumam Sachiko.





Kamu terlalu baik, ya, Sachi.. Mungkin karna inilah Ryota bersedia menemanimu sampai saat ini.. Batin Hanako. 
















"Yap! Kurasa aku sudah agak sembuh, aku pulang ya! Dah!" Seru Sachiko sambil berusaha berdiri dan keluar dari ruang kesehatan.


"Sachiko.. Apa kamu kakimu sudah sehatan?" Tanya Hanako khawatir. Sachiko mengangguk kuat.


"Ah, aku akan mengantarmu pulang." Sambung Ryota.


"Tidak, tidak. Aku sudah sembuh, lihat ini!" Sachiko melompat-lompat kecil untuk membuktikan kalau kakinya tidak sakit lagi. Ahh.. Sakit.. Batinnya.


"Benar begitu? Kalau begitu, hati-hati! Perhatikan langkahmu, ok?" Nasehat Ryota.


"Baiklah." Sachiko berusaha berjalan biasa saat dihadapan Ryota dan Hanako. Saat Sachiko keluar ruang kesehatan, ia mulai menunjukkan ekspresi sekarat -_-




"Aw! Kakikuuuu.." Rintih Sachiko saat sudah jauh dari ruang kesehatan, ia keluar gerbang sekolah sambil berjalan pincang. berkali-kali ia hampir terjatuh, dan karna ramainya murid yang keluar gerbang, ia pun sedikit terdesak. Ia terjatuh tepat dihadapan seorang pria, "Aw!" Rintihnya lebih keras dari sebelumnya.


"Kamu baik-baik saja?" Tanya pria tersebut sambil menjulurkan tangannya kepada Sachiko, Sachiko pun meraih tangan tersebut untuk berdiri.


"Ah, iya aku tidak apa. Terima kasih." Ucap Sachiko seraya membersihkan roknya yang kotor saat terjatuh.


"Ka-kamu? Kamu gadis yang terjatuh didepan kelasku itu 'kan?" Tebak pria itu.


Sachiko terkejut saat menatap wajah pria yang menolongnya itu, ternyata pria itu adalah pria yang membuatnya terjatuh di depan kelas 2.5, "Mari kubantu.." Kata pria tersebut.


**


"Aku Suzuki Mikio. Siapa namamu?" Tanya pria tersebut sambil membantumu duduk disalah satu kursi dihalte.


"A-aku.. Mizuki Sachiko." 


**
Keterangan: 
Di jepang, menuliskan nama keluarga didepan, dan nama pemberian dibelakang. Contoh, Mizuki Sachiko, Mizuki adalah nama keluar, Sachiko adalah nama pemberian.
**


"Kakimu..." Lirih Mikio sambil menatap kaki Sachiko yang sedikit bengkak.


"Ah, ini.. Sebentar lagi akan sembuh.." Kata Sachiko sambil tersenyum.


"Maaf, ini salahku! Maaf.." 


"Hahahaha, tidak. Tidak seluruhnya ini salahmu, sebagian ini salahku yang tidak memperhatikan jalan." Sachiko mencoba merendah.


"Tapi, tetap saja. Hhh.."

"Kau jangan memasang wajah menyesal seperti itu! Hahaha.." Ujar Sachiko mencoba menghibur.


"Baiklah, aku akan mengantarmu pulang."


"Tidak! Tidak usah!" Tolak Sachiko.


"Ahh, kalau kau menolak, aku akan merasa bersalah selamanya." 


Akhirnya Sachiko menerima tawaran Mikio. Mereka berjalan berdua disepanjang jalanan. Sachiko berjalan lambat dibelakang Mikio, Mikio meliriknya dan meraih tangan kanannya, "Pegangan pundakku supaya mudah berjalan." Ucap Mikio.






"Uwaaa.. Jantungku berdetak cepat!" Batin Sachiko dengan wajah blushing.






Sesampainya dirumah Sachiko, "Terimakasih Suzuki-san! Maaf telah merepotkan." Seru Sachiko.


"Jangan terlalu kaku. Panggil aku Mikio!" Pintanya sambil tersenyum.


"Hah?" Gumam Sachiko.


"Dan.. Bolehkah aku memanggilmu Sachiko?" Tanya Mikio.


"Ah, tentu!" Jawab Sachiko, "Kalau begitu, Dah!" Sachiko melambaikan tangan kepada Mikio. Pria aneh.. Pikir Sachiko.


**
Keterangan: 
Kenapa Mikio dipanggil Suzuki-san? Ya, Suzuki adalah nama (keluarganya), dan San merupakan panggilan yang paling umum. Digunakan ketika menyapa seseorang, dan bukan anggota keluarga. San mirip dengan "Mr" , "Ms" , "Mrs" , di negara Barat. Dijepang, memanggil seseorang memakai kata akhiran, seperti "Kun", "San", "Chan" dan lain-lain. Contoh lain: Shinosuke -> Shin-Chan. Masih kurang mengerti? search google.
**










**


"Ah, dia menyentuh tanganku.." Pikir Sichiko seraya memakai piyama, "Namanya.. Mikio 'kan?" Gumam Sichiko, "Kenapa aku memikirkannya, ya? Dia 'kan bukan siapa-siapaku." Lanjutnya.


"Sachiko! Apa kamu sudah selesai mandinya? Kalau sudah, cepat turun dan makan malam bersama." Seru Ibu dari bawah.


"Iya bu, aku segera turun!" Jawab Sichiko sambil bergegas keluar kamar dan menuju ruang makan.


**


"Aku berangkat!" 






Sachiko berangkat ke sekolah ditemani senyumannya disepanjang jalan, ia bersenandung sambil berlari-lari kecil, "Pagiiiii~" Sapanya saat memasuki kelas.


"Pagiiiii.. Bagaimana keadaan kakimu?" Tanya Hanako.


"Sudah sembuh." Jawabnya dengan senyuman.


"Cepat sekali.." Sambung Ryota.


"Hahahahhaa.." Tawa Sachiko.


"Kau terlihat semangat sekali ya hari ini, ada apa?" Tanya Hanako.


"Satu-satunya yang paling membuatku bersemangat saat ini karena ada teman-temanku. Yaitu kalian!" Jawabnya.




Mendengar itu, hati hanako sangat tersentuh, dan Ryota terdiam dan berpikir sejenak, "Jadi.. Kita hanya sebatas teman? Kukira, aku bisa menjadi yang spesial dihidupmu.." 


**


"Gadis itu, kemarin.. aku melihatnya! Ia bersama Mikio dihalte saat pulang sekolah!" Bisik seorang gadis kepada temannya saat Sachiko dan Hanako keluar kelas dan jalan melewati koridor, Sachiko tidak menoleh, ia hanya berpura-pura tidak mendengar. Percuma kalian berbisik, aku dapat mendengarnya -_- Batin Sachiko.


"Siapa yang mereka bicarakan?" Tanya Hanako curiga.


"Entahlah." Jawab Sachiko tak peduli. "Itu kan.. Mikio?" Gumam Sachiko saat melihat Mikio keluar dari kelas 2.5, Sachiko berjalan biasa melewati Mikio, "Hai, Mi.." Belum selesai ia menyapa, Mikio sudah pergi, padahal.. Mikio tahu kalau Sachiko sedang berjalan ke arahnya.


"Ada apa dengannya? Ia terlihat seperti pria dingin, tak seperti.. malam itu.. Hhhh.." Sachiko menghela nafas sambil berjalan menunduk.


"Kau menyapanya? Hahahaha.." Hanako tertawa sekaligus heran dengan Sachiko.


"Apa ada yang salah?" Tanya Sachiko sedikit merasa tersinggung.


"Ya! Karna dia adalah pria populer dan.. tampan!" 


"Ah, populer? Kau mengenalinya? Apa kau berteman dengannya?" Tukas Sachiko.


"Aku mengenalinya, tapi ia tidak mengenaliku. Dan tentu saja aku tidak berteman dengannya, itu mustahil!" 


"Mustahil? Memangnya salah kalau gadis biasa seperti kita berteman dengan pria populer?" Tanya Sachiko menaikkan alis kirinya.


"Menurutku... Iya!" Jawab Hanako sambil menoleh ke Sachiko dan tertawa.






"Hanako! Kemari!" Teriak seseorang memanggil Hanako, sepertinya itu penting.


"Ya, aku segera kesana!" Sahut Hanako, "Maaf, kita berpisah disini.. Maaf ya!" Katanya kepada Sachiko.


"Ya.." Jawab Sachiko lesu.


"Hey, ternyata kau disana!" Seru Ryota, "Kau pasti lapar 'kan? Ayo makan! Aku akan mentraktirmu!" Lanjutnya.


"I-iya.." Jawabnya singkat tak bersemangat.


Ryota meliriknya dan memperhatikan ekspresi wajahnya, tidak seperti biasanya yang selalu ceria. Ryota tahu kalau ada yang terjadi pada Sachiko, tetapi ia tidak berani menanyakan.


"Kenapa hanya dilihat? Ayo dimakan!" Perintah Ryota kepada Sachiko yang daritadi memangku dagu dengan kedua tangannya diatas meja makan.


"Kurasa, aku sudah kenyang.." Jawabnya malas.


"Ah, aku sudah mentraktirmu, jadi kau harus makan!" Perintanya sekali lagi.


"Kalau tidak?" 


"Hmm.. Kalau tidak.. Aku akan marah!" Ancam Ryota.


"Waaa.. Ya akan ku makan ><" Sachiko mengawali dengan mengaduk-ngaduk minuman yang ada digelasnya memakai sedotan, ia meminum minuman itu sambil melirik ke meja makan sebelah. Glekk.. Sachiko menelan minuman yang memenuhi mulutnya.


"APA?!" Mata Sachiko terbelalak saat melihat Mikio yang berada di meja makan sebelah sambil melirik Sachiko sejak tadi. Untung saja Sachiko sudah menelan minumannya, kalau tidak, mungkin ia sudah menyemburkan minuman itu.






"Ada apa? Kamu terlihat syok begitu?" Tanya Ryota memerhatikan ekspresi Sachiko.


Sachiko menggeleng cepat, ia berfikir.. "Kenapa aku tidak menyadari keberadaan Mikio? Wah, pasti tadi aku terlihat sangat bodoh memangku dagu dimeja makan. Ah aku maluuu, rasanya ingin menghilang ><" Batin Sachiko.


Ryota melirik Sachiko yang juga sedang melirik Mikio dimeja sebelah, Ryota pun ikut melirik Mikio dan menduga yang macam-macam, "Hey Sachiko.." Serunya.


"Apa?"


"Apakah menurutmu... Mikio itu tampan?" Bisik Ryota. Mikio melirik mereka berdua walaupun tidak tahu apa yang sedang dibicarakan.






"Mengapa kau bertanya seperti itu.." Ucap Sachiko dengan nada tinggi dan wajah memerah.


"Tidak salahkan aku bertanya seperti ini? Aku hanya minta pendapat para gadis tentangnya.." 


"Ah, Aku tidak tahu.." Sachiko membuang muka karna mukanya mulai memerah.


Tiba-tiba, "Sachiko, bagaimana keadaan kakimu?" Tanya seorang pria yang tiba-tiba berdiri tepat disebelahnya duduk.


"Ah, Su-sudah membaik.. Ya.. Kurasa.." Jawab Sachiko gugup karna tak menduga pria yang ternyata adalah Mikio menghampirinya dan bertanya keadaannya.


"Syukurlah, aku merasa lega sekarang." Kata Mikio tanpa berekspresi dan langsung pergi begitu saja.


"Kamu.. Ada hubungan apa kamu dengannya?" Tanya Ryota setelah Mikio pergi.


"Hmm, tidak ada." 


"Lalu? Bagaimana ia bisa tahu soal kakimu itu?!" Tanya Ryota lagi, kali ini mukanya menandakan bahwa ia sedang kesal.


"Ya.. Sebenarnya.. Dialah yang kuceritakan kemarin.. Aku tersandung kakinya.." Jawabnya ragu-ragu.


"Oh, jadi karna itu kau terus meliriknya."


"Bu-bukan!! Kau bicara apa Ryota -.-"


"Terus saja bohongi perasaanmu itu, kalau kau terus seperti ini, bukan hanya dirimu yang tersakiti! Aku juga!" Teriak Ryota dan pergi meninggalkan Sachiko.


"Hey, mau kemana kamu?" Seru Sachiko sambil menyusul Ryota, tetapi karna begitu ramainya, Sachiko kehilangan Ryota. Ah.. Ryota.. :( 




"Apa maksud perkataannya itu? A-aku.. tidak mengerti.." Pikir Sachiko saat berjalan menuju kelas.


BRAKK.. Ia menggeser pintu kelas (pintu dijepang cara buka nya digeser 'kan?) sambil menunduk dan berjalan lunglai.


Sachiko.. Lirih Ryota seraya melirik Sachiko yang menuju ke tempat duduk didepannya, "Ada apa denganmu?" Ryota mencolek pundak Sachiko.


Sachiko menoleh, "Aku hanya.. masih berfikir tentang maksud dari perkataanmu tadi itu.. Aku.. benar-benar tidak paham." Gumam Sachiko.


"Ah, jadi itu.. Sudahlah, lupakan saja. Aku tidak sadar saat mengatakan itu semua, aku mengatakannya tanpa berfikir terlebih dahulu! Hahahaha.. Lupakan, lupakan!" Tawa Ryota sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, tapi sepertinya.. tawanya palsu.






"Hahahaha.. Baiklah!" 


"Hey kalian! Aku mencari kalian ternyata kalian ada disini.. Huhh.." Dengus Hanako kesal.


"Hahaha, kau yang meninggalkanku, kan?" Balas Sachiko.


"Oh iya, ya. Maaf, ya. Hehehe.." 


"Sebagai ketua kelas, memang sulit ya.. Sedikit-sedikit menerima panggilan." Ucap Ryota.


"Hahaha, yaa begitulah."


"Lalu, apakah yang memanggilmu itu guru?" Lanjut Ryota.


Hanako mengangguk cepat, dan dengan bersamaan bel pun berbunyi, semua murid memasuki kelasnya masing-masing, "Oh ya, aku harus mengumumkan sesuatu!" Hanako berlari ke depan dan berdiri didepan papan tulis.


"Apa yang akan diumumkannya, ya?" Pikir Sachiko.


"Aku minta perhatiannya sebentar, mohon berhenti berbicara, duduk dikursi kalian masing-masing, dan dengarkan aku!" Tegas Hanako sambil memukul meja guru.


"Wow, dia keren.." Puji Ryota, sambil memangku dagunya dengan tangan kanannya.


"Kau menyukainya, Ryota.. Hahahhahaa.." Gurau Sachiko.






Wajah Ryota memerah, "Hah? Gurauan apa itu? Aku tidak tertawa." Acuh Ryota.


"Hey, hey! Teman-teman yang dibelakang, bolehkah aku meminta waktunya sebentar?" Tegur Hanako.


"Oh ya tentu saja, ketua kelas!" Kata Sachiko seraya melambaikan tangan kanannya kepada Hanako, 


"Okay, dimusim panas kali ini, sekolah kita mengadakan sebuah acara khusus untuk anak kelas 2. Jadi, apakah ada diantara kalian yang bersedia menjadi panitia acara ini?" Tanya Hanako sambil melihat seluruh murid di kelas 2.1.


Semuanya diam, sunyi, sepi dan tak ada tanggapan. "Hhh.. Seharusnya dari awal aku tidak mengajukan diri untuk menjadi Ketua Kelas.." Gumam Hanako.






"Wah, tidak ada yang mau.." Ucap Ryota pelan.


Terlihat dari belakang ekspresi wajah Hanako yang putus asa, hahaha.. "Aku mau!" Seseorang mengacungkan tangan kanannya sambil berdiri tegap.


"Sachiko.. Benar kau mau?" Tanya Hanako meyakinkan.


"Iya! Tentu!" Jawab Sachiko semangat.












CONTINUED ^^ (harap bersabar untuk cerita selanjutnya)







3 komentar:

  1. Jangan lupa kasih komentar ya, saran kritik aku terima dengan senang hati :)

    BalasHapus
  2. hy farah ckep bgt novel nya sama kyk yg punya blog ni :)

    BalasHapus